Hikmah dan Cara Menuntut Ilmu

Hikmah dan Cara Menuntut Ilmu

Nabi Muhammad Saw. bersabda:

من سلك طر يقا يلتمس فيه علما سهل ا لله له طر يقا ا لى ا لجنه

 man salaka thoriiqan yaltamisu fiihi ‘ilman sahhalallaahu lahuu thoriiqan ilal jannah

“Barang siapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka dengannya Allah akan memu-dahkan baginya jalan menuju surga.”

(HR. Turmudzi)

Kisah Berguru pada Syekh

Diceritakan, suatu hari di teras masjid, se-orang ulama ditanya oleh salah satu santrinya, “Wahai Guru, kira-kira kapankah Allah itu tidur?”

Sambil keheranan, Sang Syekh itu menja-wab,”wahai, anakku! Allah itu tidak pernah me-ngantuk, apalagi tertidur. Sekarang, coba ambillah dua botol. Kemudian berdirikan di atas batu besar itu, dan kamu terus menerus  memegangnya!”

Tidak lama kemudian, santri itu melaksana-kan perintah gurunya hingga akhirnya Ia mengan-tuk dan kedua botol itupun jatuh pecah.

Setelah melihat itu, Sang Syekh berkata, “Anakku, begitulah. Allah Swt. tidak mengantuk, apalagi tidur, bumi dan langit pasti akan jatuh.”

(Sumber: Adaptasi bahasa dari kitab Thursday wa Milah wa Izhar, Syaikh Hamid Ali Zaqzauq dan Ahmad Hafidz Abdurrahman Nabi, Maktabul Iman, Kairo)

Hikmah:

Anak-anakku . . .

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Tanpa ilmu hidup kita tidak akan tenteram, tidak tahu menahu, dan bahkan menjadi manusia yang rendah. Sebagaimana kisah di atas yang sudah dibaca, sebelum menuntut ilmu santri tidak tahu menahu perihal sifat Allah. Tapi, sete-lah berguru kepada Syekh, Sang Santri menjadi tahu.

Tidak hanya menjadi tahu, Allah Swt. pun akan mengangkat derajat orang yang berilmu, seba-gaimana firman-Nya yang termaktub dalam QS. Mujadilah ayat 11. Betapa mulianya orang yang berilmu, bahkan Rasulullah Saw. pun memerintah kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Sebagaima-na hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr, bahwa Rasulullah Saw. bersabda; “Menuntut ilmu wajib bagi orang Islam laki-laki dan perempuan,”

Jadi, jika kita menuntut ilmu kita telah melaksanakan kewajiban, dijanjikan masuk surga, dan akan ditinggikan derajat kita.  Terdapat nasihat cara menuntut ilmu dari Imam Syafi’i, beliau berkata: “Ilmu tidak akan diperoleh, kecuali dengan

enam hal: kecerdasan, semangat, sungguh-

sungguh, sabar, pendamping, guru, dan waktu yang panjang.”

Kecerdasan

            Mencari ilmu membutuhkan fokus dalam

berpikir. Fokus terhadap apa yang sedang dipela-

jari, apa yang sedang guru jelaskan, dan mampu menerima pengetahuan yang disampaikan oleh gu-ru. Untuk itu, dalam menuntut ilmu sudah sewajar-nya kita memfokuskan pikiran dan hati kita agar syarat mendapatkan ilmu menjadi mudah.

Semangat

Semangat dalam menuntut ilmu sangat di-perlukan. Bagaimana tidak? Semangat merupakan jiwa yang tak kenal rasa lelah maupun tidak mudah menyerah. Dalam menuntut ilmu jiwa tersebut mut-lak dimiliki kita selaku orang yang cinta akan ilmu. Sebagai contoh, para ulama terdahulu yang tak henti-hentinya melangkah kakinya untuk menemui orang-orang yang paham ilmu agama sekadar ber-guru kepadanya.

Sungguh-sungguh

Ada peribahasa Arab yang berbunyi “man jadda wa jadda” yang memiliki arti “siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan mendapatkannya. ” Peribahasa yang populer dan diimplementasikan di novel dan film Negeri 5 Menara. Kita selaku hamba Allah Swt. harus selalu bersungguh-

sungguh dalam melakukan hal apapun, terutama dalam beribadah dan menuntut ilmu. Karena,

kesungguh-sungguhan kita akan mendapatkan keri-daan Allah. Allah akan memudahkan jalan kita untuk beribadah dan menuntut ilmu.

Sabar

Sabar dalam menuntut ilmu tergolong sabar mentaati Allah. Mengapa? Karena menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap manusia seperti yang sudah dituliskan di muka. Menuntut ilmu mengha-ruskan orang yang mencarinya senantiasa bersabar. Sabar ini akan mengukuhkan segala cara untuk mendapatkan ilmu. Bayangkan! Jika kita tidak me-miliki rasa sabar sudah pasti kita tidak akan men-dapatkan ilmu.

Pendamping

Guru tidak selamanya bersama kita. Oleh karena itu, dalam mencari ilmu kita harus memiliki pendamping. Untuk apa? Untuk mendampingi kita ketika belajar di luar sekolah. Misal, orangtua, sau-dara ataupun teman. Semua itu, diperlukan meng-ingat pendampingan dalam mencari ilmu itu sangat penting.

Guru

Ilmu pengetahuan merupakan bekal kita dalam kehidupan. Saking pentingnya ilmu untuk kita, maka dalam mencari ilmu harus dengan orang yang ahli. Orang ahli di dalam sekolah yakni guru. Gurulah tempat kita mencari ilmu, karena beliaulah hamba Allah pilihan yang menyampaikan ilmu. Dalam hal ilmu agama, kita mencari ilmunya pada ulama, kiai, ustaz, maupun orang-orang saleh.

Waktu yang Panjang

Waktu sejatinya tidak ada yang luang. Ki-talah yang meluangkan waktu. Mencari ilmu tidak serta merta menunggu waktu luang. Melainkan kita yang meluangkan waktu mencari ilmu. Kita me-luangkan waktu bersekolah untuk mencari ilmu, kita meluangkan waktu untuk menghadiri majelis ilmu, dan lain sebagainya. Dalam mencari ilmu, meluangkan waktu sangat penting. Karenanya, kita akan fokus dalam mencari ilmu.

Anak-anakku . . .

Yuk tekadkan niat kita untuk mencari ilmu yang berlandaskan keridaan Allah, karena tanpa-Nya kita tidak akan mendapatkan ilmu. Kita harus memenuhi cara-cara menuntut ilmu sesuai nasihat Imam Syafi’i agar ilmu yang kita dapat bermanfaat untuk diri kita, keluarga, orang lain, agama, dan bangsa. Tetap semangat mencari ilmu yah! Agar kita menjadi orang yang bertakwa, berbudi, dan berprestasi.

Yuk raih ilmu dan cita cita setinggi langit. Bersungguh-sungguh, dengan sabar ikhlas dan penuh semangat. Semoga Allah Swt. memberikan kemuliaan dan derajat yang tinggi kepada kita. Dan dengan ilmu yang baik dan bermanfaat kita dijadikan sebagai orang yang sukses di dunia dan di akhirat, amin.