MENANGGAPI BULLYING SECARA POSITIF
MENANGGAPI BULLYING SECARA POSITIF
Melihat berita di media sosial tentang sekelompok remaja yang cenderung merasa berkuasa dan menganggap anak lain lebih lemah dari mereka, perlakuan mereka sepertinya tidak bisa dibenarkan dari aspek apapun. Bentuk intimidasi, ancaman, yang pada akhirnya berujung pada tindak kekerasan fisik. Sebagai pelaku bullying, pasti akan ada konsekuensi secara hukum jika berakhir dengan adanya korban kekerasan.
Kita perlu memahami bahwa Bullying adalah masalah serius yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan emosional dan psikologis anak-anak. Ketika menghadapi kasus bullying, reaksi pertama yang muncul mungkin adalah kecaman dan kemarahan. Namun, sebagai orang tua, sebenarnya kita memiliki kesempatan untuk merespons bullying dengan cara yang konstruktif, membantu anak-anak kita membangun keyakinan diri dan menghadapi tantangan tersebut dengan sikap positif.
Saya akan berbagi pengalaman, menyikapi praktek bullying sebagai orang tua dari sudut pandang yang berbeda. Anak pertama saya pernah mengalami bullying secara verbal. Berat badan yang cenderung lebih besar jika dibandingkan dengan anak seusianya di SMP, membuat dia mempunyai nama panggilan yang beraneka ragam. Ada panggilan sukro, bocah gembul, gendut, hulk, dan lain sebagainya.
Ketika anak saya bercerita tentang pengalaman bullying-nya, saya tidak hanya menawarkan simpati, tetapi juga mencoba untuk melihat peluang positif di balik situasi tersebut. Saya mengajak anak saya untuk memandang nama panggilan yang diberikan oleh teman-temannya sebagai sebuah kesempatan baru.
Pada waktu anak saya bercerita tentang panggilan teman-temannya, saya menanggapi dengan bahasa, “wah ternyata Aa terkenal di sekolah sebagai tukang makan yaa, kita coba buat produk yuk yang bisa dijual di sekolah, nanti dipilih merk yang akan dijual dari nama panggilan teman-teman kamu”. Awal diutarakan dia bilang, “tidak mau aah malu ngapain”. Tapi kami berdiskusi panjang, bahwa nama panggilan itu harus jadi imej baru, nama “negatif” yang sudah terkenal itu akan kita jadikan sebuah peluang baru yang menguntungkan. Mendengar bahwa dia akan mendapat keuntungan secara materi, sepakatlah dia untuk mencoba menjual produk yang bahkan pada waktu itu belum terbayangkan produk apa.
Singkat cerita, hasil diskusi produk yang dibantu oleh salah satu keponakan membuat produk Milkshake berbagai rasa, pertimbangannya daerah kami gampang sekali mencari petani susu sapi. Dan merk yang dipilih adalah “BOGEM” (Bocah Gembul). Anak saya dilibatkan dari mulai mencari botol susu, membeli susu sapi segar, mengolah susu, mencetak sticker untuk ditempelkan di botol susu, dan tentu saja ikut menjual produknya di sekolah. Proses ini tidak hanya mengajarkan keterampilan praktis kepada anak saya, tetapi juga membantunya membangun kepercayaan diri dan memperoleh pengalaman positif dalam menghadapi tantangan.
Saya tidak akan bercerita panjang apakah jualannya laku atau tidak, tapi berbicara tentang membangun sebuah keyakinan diri di anak-anak remaja yang sedang mencari identitas, bahwa selama mereka mempunyai dukungan terbaik dari orang-orang terdekat, ternyata seorang korban bullying pun bisa menjadi pribadi yang mandiri dan percaya dirinya kembali. Fokuslah untuk membuat mereka merasa didengar dan didukung, tawarkan cara pikir yang konstruktif agar mereka bisa berperilaku positif di masa depan. Pendekatan ini sebenarnya didasarkan pada teori psikologi sosial, terutama teori identitas dan pembelajaran positif. Saya percaya bahwa dengan memberikan dukungan yang kuat dan memfasilitasi pengalaman positif, anak-anak dapat membangun identitas yang kuat dan memperoleh keterampilan serta keyakinan diri yang diperlukan untuk menghadapi situasi sulit seperti bullying.
Semoga catatan ini bisa memberikan gambaran yang berbeda tentang penanganan bullying. Menghadapi bullying dengan cara yang konstruktif bukanlah hal yang mudah, tetapi dapat memiliki dampak yang sangat positif pada perkembangan anak-anak. Melalui dukungan orang tua dan pendekatan yang kreatif, kita dapat membantu anak-anak mengubah pengalaman negatif menjadi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak kita, di mana mereka dapat merasa didengar, dihargai, dan didukung dalam setiap langkah perjalanan mereka.