KALIAN UNIK, KALIAN HEBAT, KALIAN LUAR BIASA

KALIAN UNIK, KALIAN HEBAT, KALIAN LUAR BIASA

Ia berlari dan terus berlari

Tawa riang menghiasi wajahnya

Angin berhembus mengiringi langkah kaki

Dengan napas yang tersengal-sengal 

Tanpa lelah ia terus mencari

Entah apa yang dicarinya

Namun ia semakin kencang berlari

Terdengar bisikan yang memanggilnya

Dengan penuh keyakinan

Akhirnya, ia menemukannya

Mengajar memang bukan passion saya semasa kecil, bukan pula cita-cita yang saya dambakan, namun di sinilah ladang pahala melimpah ruah, ilmu pengetahuan semakin bertambah, dan pengalaman kian mengasah kemampuan. Saya bersyukur atas takdir yang Allah SWT gariskan, begitu bangganya saya menjadi seorang guru.

Mengajar memang terlihat mudah, namun sulit untuk dilakukan bila belum memahami bagaimana caranya. Hal yang perlu dilakukan sebelum mengajar terutama di sekolah dasar yaitu harus mencintai anak-anak, kata harus di sini tanpa ada unsur paksaan, namun rasa yang muncul secara alami untuk memudahkan kita dalam mengajar dan menyelami dunia mereka. Bila sudah mencintai tentu sepenuh hati kita berikan yang terbaik untuk anak-anak, kita kerahkan kemampuan memberi mereka bekal untuk kehidupan mereka selanjutnya.

13 tahun menjadi bagian dari Nurul Aulia tidak lantas membuat diri ini berpuas hati atas apa yang telah didapat namun semakin haus untuk terus belajar, memupuk diri, menambah pengetahuan, dan tidak lupa mencontohkan hal yang baik agar jadi panutan bagi yang lain. Tentunya, istiqomahlah kuncinya dan kaitannya erat dengan keimanan. Keimanan seseorang bisa bertambah atau berkurang (yaziidu wa yangqush) namun dengan doa yang selalu kita lantunkan dalam sholat yang artinya “Wahai yang membolakbalikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agama-Mu dan atas ketaatan kepada-Mu”, harapannya kita bisa istiqomah berbuat baik, berkata baik, dan memberikan yang terbaik terutama untuk anak didik kita.

Anak terlahir dengan kepolosan dan keunikannya. Sudah qodratnya bahwa setiap anak itu berbeda baik dari segi kemampuan maupun keadaan fisiknya. Ada hal yang begitu menggelitik pikiran saya, ketika saya makan dan salah seorang peserta didik mendatangi saya sambil berkata: “Ibu Finda lagi makan? Udah berdoa belum?” dan sayapun menjawab “sudah sayang” sambil tertawa terpingkal-pingkal. Ini merupakan pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan, akan selalu membekas dalam kalbu, dan jadi ibroh dalam hidup saya di mana anak akan meniru perilaku sang guru, seperti kebiasaan berdoa bersama sebelum makan. Ketika melihat guru sedang makan, tentu anak akan memastikan apakah kegiatan yang gurunya ajarkan dilakukan juga oleh guru tersebut atau tidak. Hal ini menandakan bahwa suri tauladan (uswatun hasanatun) sangat berperan dalam pembentukan karakter peserta didik bahkan mendominasi. 

Mengajar tentu membutuhkan metode dan teknik tertentu, seorang pengajar perlu mempertimbangkan kebutuhan setiap peserta didik agar mereka mendapatkan haknya untuk belajar. Pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan peserta didik sesuai dengan minat, bakat, dan potensi yang berbeda-beda dalam Kurikulum Merdeka disebut pembelajaran berdiferensiasi.  Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang tepat untuk memberikan hak belajar bagi semua peserta didik.

Pembelajaran berdiferensiasi sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang salah satunya berbunyi “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya, pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya kodrat itu”. Salah satu peran guru adalah menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid, pembelajaran yang memerdekakan pemikiran, dan potensi murid.

Landasan atau dalil terkait materi ini merujuk pada sebuah hadist shahih yang berbunyi:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

“Kullu mauluudin yuuladu ‘alal fithrah, fa abawaahu yuhawwidaanihi aw yumajjisaanihi aw yunash shiroonihi.”

Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” {HR. Bukhari Muslim}

Anak bagaikan sebuah kertas putih dan bersih sebagai mana hadits di atas bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fithrah (suci). Kitalah yang perlu memberikan warna-warni indah dengan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan yang didapat setiap hari akan menjadi pengalaman berharga bagi anak dan membantunya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tidak semua metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, ada pula metode yang kurang tepat bagi beberapa peserta didik dan hal ini akan merugikan peserta didik dengan gaya belajar yang berbeda. Maka dari itu, sangat penting bagi guru untuk melakukan diagnostik kognitif maupun non kognitif sebelum melaksanakan pembelajaran agar guru bisa mengelompokkan peserta didik sesuai dengan gaya belajarnya.

Tahun ini merupakan tahun yang penuh tantangan untuk saya dan saya bersyukur diamanahi untuk mengajar di kelas 1E Siti Hajar di mana saya harus menerapkan pembelajaran yang mengakomodir semua kebutuhan peserta didik dengan beragam karakter. Ada beberapa anak kinestetik, auditori, visual, visual auditori, dan satu anak ADHD. Setiap hari tidak luput saya mendoakan anak-anak agar menjadi anak yang berakhlaqul karimah, memiliki kesantunan, dan mudah menyerap ilmu pengetahuan. Dan teruntuk Maliq Setiap hari saya sentuh ubun-ubunnya seraya berdoa:

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

“Robbii hablii milladunka dzurriyatan thoyyibatan innakas samii’ud du’aa.”

Artinya: “Wahai Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. {Q.S. Ali ‘Imran: 38}

Doa ini juga saya bacakan untuk semua anak. Haqqul yakin dengan kekuatan doa saya yakin Allah akan menuntun anak-anak menjadi anak sholih, beradab, dan luhur budinya karena doa adalah senjatanya umat Islam yang bila dipanjatkan dengan tulus dan sungguh-sungguh Allah tentu akan mengijabahnya lebih cepat dari peluru yang melesat. 

Adapun Best Practice saya tahun ini yaitu ketika saya menyampaikan materi tentang simbol dan bunyi Pancasila pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Untuk anak auditori, saya sampaikan materi melalui slide yang saya tampilkan pada layar. Untuk anak visual, saya tampilkan gambar simbol Pancasila dan teks Pancasila. Untuk anak visual auditori, selain menyimak dan membaca teks Pancasila, saya juga memberikan puzzle burung garuda dan Pancasila sambil memberikan penjelasan tentang materi tersebut. Untuk anak kinestetik, saya siapkan permainan rebut kursi, mekanismenya saya siapkan 5 kursi dengan 6 peserta didik, mereka menyanyikan lagu “Ayo berjalan-jalan hei, mencari tempat duduk, pilihlah satu kursi hei, ayo duduk yang benar” sambil berjalan mengelilingi kursi, setelah aba-aba peserta didik duduk dan yang tidak mendapat kursi diminta untuk membacakan simbol atau bunyi Pancasila. Anak-anak sangat antusias bahkan Maliq sangat menikmati permainan ini dan mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan sambil tertawa riang. Subhanallah.

Inilah pentingnya pembelajaran berdiferensiasi yang menyesuaikan dengan kebutuhan agar semua anak mendapatkan haknya untuk belajar tanpa membeda-bedakan kemampuan mereka. Semua anak sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan namun kita harus cermat memilih metode yang tepat bahkan dalam satu pertemuan kita bisa menggunakan lima metode sekaligus yang sesuai dengan gaya belajar masing-masing agar kebutuhan mereka terpenuhi.

Selanjutnya, saya siapkan 5 kertas, gambar simbol Pancasila dan huruf acak simbol Pancasila untuk 5 kelompok yang terdiri dari kelompok Bintang, Rantai, Pohon Beringin, Kepala Banteng, juga Padi dan Kapas, nama kelompok ini diambil dari simbol Pancasila. Setelah membagikan kertas, gambar simbol, dan huruf acak simbol Pancasila, saya mengarahkan peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan. Hal ini dapat mengasah kemampuan bekerjasama, berkolaborasi, dan keterampilan berpikir kritis. Setiap peserta didik diberi tugas untuk menggunting, menempel, dan menyusun huruf acak simbol Pancasila.

Kegiatan ini sangat dinikmati oleh peserta didik dengan ceria dan semangat, tentu kelas menjadi ramai oleh suara mereka yang asik melakukan berbagai kegiatan kelompok. Tidak lupa guru memberikan “Bintang Prestasi” sebagai Reward bagi peserta didik yang telah menyelesaikan setiap tantangan dan di akhir kegiatan, tiap kelompok belajar mempresentasikan hasil karyanya dengan singkat dan bahasa yang ringan. Begitu hebatnya mereka sudah bisa mempresentasikan hasil karya dengan lugas dan percaya diri, mereka anak-anak hebat, anak-anak unik yang Allah titipkan kepada saya. Masya Allah, saya sangat menyayangi mereka.

Perlu diingat pula bahwa mata pelajaran Pendidikan Pancasila merupakan mata pelajaran yang menjadi pondasi dalam Kurikulum Merdeka yang mana penguatannya adalah Profil Pelajar Pancasila. Sangat penting bagi guru untuk mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan bahagia, hal ini tentu akan berdampak ketika pulang nanti. Perasaan bahagia dalam belajar akan menstimulasi peserta didik untuk melanjutkan kegiatan di rumah dengan senang hati. Perasaan ini akan memberikan dorongan bagi peserta didik untuk siap belajar pada keesokan harinya. Hal ini akan memudahkan mereka dalam menyerap ilmu pengetahuan.

Demikian Best Practice yang saya laksanakan di kelas 1E Siti Hajar pada tahun pelajaran 2023-2024 ini, Semoga bermanfaat dan Bismillah dengan pertolongan Allah SWT akan saya kerahkan semua kemampuan untuk memberikan yang terbaik bagi semua peserta didik. Hal yang tidak saya sukai adalah kesia-siaan, waktu yang saya habiskan harus saya lalui dengan kebermanfaatan. Saya tidak ingin seolah-olah mencetak kertas kosong dari mesin pencetak. Saya ingin mencetak semua hal baik untuk membekali anak-anak agar siap menghadapi dunia. Alhamdulillah tsumma alhamdulillah, Syukur tiada henti saya haturkan kepada Yayasan Nurul Aulia yang berkenan memberikan saya kesempatan untuk belajar dan terus belajar, belajar sepanjang hayat, dan belajar hingga liang lahat.

Teringat ketika saya pertama berada di Nurul Aulia, bagaikan bayi yang baru lahir dalam arti masih minim ilmu. Di sinilah saya belajar, berkembang, dan menerapkan apa yang sudah saya dapatkan. Tabaarokallah, Nurul Aulia telah memberikan banyak manfaat untuk umat, dan insya Allah kebaikannya akan terus mengalir deras, Allah ganti dengan kebahagiaan dan kesehatan lahir bathin, dan Allah bangunkan istana megah di surga kelak.

Dentum waktu menyisakan riak kelabu. Di sini saya berdiri, di atas batu besar yang diapit dua pohon palem kecil. Terdengar embusan angin yang mengalun syahdu melewati rongga telinga. Mungkin karena suasana hening hingga tiupan angin berlainan arah yang saling bertabrakanpun bisa terdengar dengan jelas, bagaikan alunan harmonika yang dimainkan seorang bocah alam. Sambil memejamkan mata, saya basahi lidah ini dengan zikir, Alhamdulillah segala puji bagi Allah.

Terima kasih atas karunia-Mu selama ini Ya Allah, terima kasih telah menuntun hamba sampai berada di Nurul Aulia. Nikmat yang Engkau berikan tak kan pernah bisa dihitung walau hamba tulis sebanyak buih ombak di lautan.

Nurul Aulia sekolahku

Nurul Aulia lembur ilmuku

Nurul Aulia bagian dari hidupku

Nurul Aulia selalu di hatiku

 

Finda Firmala Jelita, S.Pd ( Juara 3 , menulis artikel dalam rangka MILAD Yayasan ke 21 tahun 2023 )